Senin, 25 Mei 2009

UTANG, EKUITAS DAN PENGUKURANNYA

I. UTANG DAN PENGUKURANNYA

A. DEFINISI UTANG

Statemen of Financial Concepts No. 3 mendefinisikan utang sebagai pengorbanan manfaat ekonomis yang mungkin terjadi di masa yang akan datang yang timbul dari kewajiban yang ada dari suatu entitas tertentu untuk mentransfer aktiva atau memberikan jasa ke entitas lainnya di masa yang akan datang sebagai akibat transaksi atau kejadian di masa lalu.

B. KARAKTERISTIK DASAR UTANG

1. Kewajiban itu harus ada pada saat ini. Saat ini yaitu yang dilihat muncul dari beberapa transaksi atau kejadian masa lalu. Ini mungkin berasal dari akuisi barang atau jasa, dari kerugian yang telah diderita dimana perusahaan berkewajiban untuk itu, atau dari perkiraan kerugian di mana perusahaan mempunyai kewajiban untuk dirinya sendiri.

2. Kewajiban yang setara atau konstruktif harus dimasukkan jika hal itu didasarkan pada keperluan untuk membuat pembayaran masa depan guna mempertahankan hubungan bisnis yang baik atau jika hal itu sesuai dengan praktik bisnis yang normal.

3. Harus tidak ada atau sedikit kebebasan untuk menghindari pengorbanan masa depan. Tidak perlu bahwa jumlah kewajiban itu diketahui secara pasti selama kewajiban masa depan itu mungkin sekali.

4. Lazimnya harus ada nilai jatuh tempo yang dapat ditentukan oleh estimasi layak akan diwajibkan pada suatu waktu tertentu di masa depan, sekalipun ketentuan waktu yang tepat belum diketahui saat ini.

5. Biasanya, pihak yang dibayar harus diketahui atau dapat diidentifikasikan baik secara spesifik atau sebagai suatu kelompok.

C. MENGUKUR KEWAJIBAN

Kewajiban diakui apabila sebagai kewajiban apabila memenuhi empat kriteria umum :

1. memenuhi definisi suatu kewajiban,

2. dapat diukur,

3. relevan dan

4. dapat diandalkan.

Tujuan penilaian kewajiban adalah:

1. Keinginan untuk mencatat beban dan kerugian dalam penentuan laba masa berjalan

2. Pengukuran kewajiban harus memungkinkan penyajian informasi kepada investor dan kreditur sebagai sarana untuk meramalkan arus kas.

3. Penilaian sebagai dasar untuk perbandingan laba antar periode dan antar perusahaan dan sebagai perbandingan dari klaim beberapa pemegang ekuitas

Mengukur Kewajiban Moneter

Kewajiban Moneter adalah kewajiban yang dinyatakan dalam satuan nominal. Dengan kata lain, hal itu biasanya melibatkan pembayaran sejumlah uang kas. Dalam semua kasus, penilaian saat ini dari utang adalah nilai sekarang yang didiskontokan dari jumlah yang terutang di masa depan.

Mengukur Kewajiban Lancar Nonmoneter

Kewajiban lancar non moneter adalah kewajiban untuk memberikan barang atau jasa dalam jumlah dan kualitas tertentu. Hal itu biasanya berasal dari pembayaran dimuka untuk jasa oleh pelanggan. Kewajiban moneter dinyatakan dalam satuan harga yang ditentukan lebih dahulu atau yang disepakati untuk barang atau jasa spesifik.

D. PENGAKHIRAN UTANG

1. Pelunansan Utang

Salah satu contoh pelunasan utang adalah menarik obligasi. Obligasi biasanya megandung suatu ketentuan yang memungkinkan perusahaan untuk menarik utang itu pada persentase yang ditetapkan lebih dahulu atas nilai nominalnya. Perusahaan biasanya akan menggunakan ketentuan ini, dan bila nilai pasar dari obligasi itu menjadi lebih besar dari harga penarikannya. Jika penarikan itu hanya melibatkan kas, itu disebut pelunasan. Jika obligasi baru untuk mengganti yang lama, maka itu disebut pendanaan kembali.

2. Restukturisasi Utang, adalah penggantian satu utang dengan utang lain atau dengan konversi, yaitu menukar utang dengan ekuitas. Restrukturisasi utang dapat terjadi dengan menawarkan kas atau aktiva lain sebagai pembayaran sebagian utangnya. Debitor dapat menawarkan ekuitas sebagai pertukaran untuk utang. Alternatifnya, kreditor dapat mengubah syarat pinjaman dengan menurunkan suku bunga, memperpanjang jadwal pembayaran, atau menurunkan jumlah yang harus dilunasi.

E. KEWAJIBAN Vs EKUITAS

Perbedaan antara kewajiban dan ekuitas pemilik telah dikaburkan dalam tahun-tahun terakhir oleh munculnya berbagai macam instrument keuangan yang mempunyai karakteristik baik kewajiban maupun ekuitas. Surat utang konvertibel digunakan sebagai contoh dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi.

Kewajiban

Klasifikasi instrumen keuangan ditentukan berdasarkan substansi pengakuan awal transaksi (contractual arrangement on initial recognition). Apabila pada awal transaksi penyerahan suatu instrumen keuangan mengandung kewajiban kontraktual untuk menyerahkan uang tunai atau sejenisnya di masa yang akan datang, maka instrumen keuangan tersebut digolongkan sebagai kewajiban .

Ekuitas

Apabila pemegang instrumen keuangan tak mempunyai hak keuangan masa depan pada penerbit instrumen, namun berhak secara proporsional atas dividen atau distribusi berlandas ekuitas, maka instrumen tersebut digolongkan sebagai ekuitas. Instrumen keuangan yang tak mengandung pemaksaan pelaksanaan kewajiban keuangan pada saat perusahaan dalam kondisi kurang menggembirakan, digolongkan sebagai instrumen ekuitas.



II. EKUITAS DAN PENGUKURANNYA

A. SIFAT DASAR EKUITAS

Ø Ekuitas à mencakup semua yang meminjamkan uang ke perusahaan

Aktiva = ekuitas, karenanya mereka akan menganggap akuitas kreditor dan ekuitas pemilik sebagai dua jenis ekuitas.

Ø Ekuitas à mencakup hanya ekuitas pemilik dan menyebutkan ekuitas ekuitas kreditor sebagai kewajiban.

Ekuitas = Kewajiban + Ekuitas

Ø Menyamakan ekuitas dengan hak dari pemegang saham

Ekuitas pemilik

à disebut sebagai modal atau ekuitas pemegang saham dalam suatu perseroan, yang merupakan selisih antara aktiva perseroan dan kewajibannya dan inilah yang disebut sebagai aktiva bersih dari perseroan tersebut.

Secara tradisional, ekuitas pemilik dibagi menjadi 2:

1. Modal yang diinvestasikan (modal yang disetor), juga mencakup laba ditahan yang dikapitalisasi.

a. Modal saham, mencakup baik saham biasa maupun saham preferen pada nilai pari yaitu nilai yang ditetapkan.

b. Modal disetor yang melebihi nilai pari, atau agio saham, yang dapat dipecah menurut sumbernya.

Saham treasuri, adalah saham yang dibeli kembali oleh perusahaan biasanya dipisahkan dalam suatu akun.

2. Laba ditahan

Teori kepemilikan (propietary)

· pendapatan adalah kenaikan dalam hak pemilik dan beban adalah penurunan.

Jadi, laba bersih, yaitu kelebihan pendapatan atas beban, diakrualkan langsung ke pemilik; itu merupakan kenaikan dalam kekayaan pemilik.

Laba adalah kenaikan dalam kekayaan, hal itu langsung ditambahkan ke modal pemilik atau hak pemilik.

Bunga pada utang, merupakan beban dari pemilik dan harus dikurangkan sebelum mendapat laba bersih bagi pemilik.

Pajak penghasilan perseroan merupakan beban.

· Paling baik diterapkan dalam organisasi perusahaan perorangan karena ada hubungan pribadi antara manajemen perusahaan dan kepemilikan, atau pada persekutuan. TK, tidak siap berlaku untuk bentuk organisasi perseroan.

Teori entitas

· Dalam teori entitas, perusahaan bisnis dipandang mempunyai keberadaan terpisah, bahkan secara personal dari pemiliknya. Pendiri dan pemilik tidak harus teridentifikasi dengan keberadaan perusahaan itu.

· Teori entitas didasarkan pada persamaan A = K + SE, atau aktiva = ekuitas (kewajiban ditambah ekuitas pemegang saham).

Perbedaan utama dari kewajiban dan ekuitas pemegang saham adalah bahwa hak dari kreditor dapat dinilai terlepas dari penilaian lain jika perusahaan itu solven, sementara hak dari pemegang saham diukur oleh penilaian aktiva yang semula diinvestasikan ditambah penilaian laba yang direinvestasikan.

· Laba bersih perusahaan pada umumnya dinyatakan dalam satuan perubahan bersih dalam ekuitas pemegang saham, tidak termasuk perubahan yang timbul dari pengumuman dividen dan transaksi modal.

· Penerapan utama pada bentuk perusahaan perseroan, tapi juga relevan pada perusahaan bukan perseroan yang mempunyai kelanjutan eksistensi terpisah dari kehidupan masing-masing individu.

Teori ekuitas residual

· Tujuan ekuitas residual adalah untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada pemegang saham biasa untuk mengambil keputusan investasi.

· Pendekatan alternativ pada konsep ekuitas residual adalah bahwa, karena menurut asumsi yang biasa dari kontinuitas, klaim satu-satunya pemegang saham biasa terhadap perseroan hanyalah menerima deviden ketika dan apabila diumumkan, ekuitas residual dalam modal tidak dtetapkan pada pemegang ekuitas residual.

Teori perusahaan

· merupakan konsep yang lebih luas daripada teori entitas, tetapi kurang didefinisikan dengan baik dalam lingkup dan aplikasi. Bentuk luas dari teori perusahaan mungkin dipandang sebagai teori akuntansi sosial.

· Dapat diterapkan pada perseroan modern yang besar yang mempunyai kewajiban untuk memperhatikan efek tindakan-tindakannya terhadap berbagai kelompok dan terhadap masyarakat secara keseluruhan. Dari sudut pandang akuntansi, tanggung jawab pelaporan yang tepat tidak hanya kepada pemegang saham dan kreditor tapi juga ke kelompok lain dan masyarakat.

Teori dana

· teori dana menyingkirkan hubungan pribadi yang diasumsikan dalam teori kepemilikan dan personalisasi perusahaan sebagai unit ekonomi dan unit legal dalam teori akuntansi. Teori dana memberi ganti dengan unit operasional atau berorientasi aktivitas sebagai dasar untuk akuntansi. Bidang ini (dana) mencakup kelompok aktiva dan kewajiban yang berkaitan dan pembatasan yang merupakan fungsi dan aktivitas ekonomi spesifik.

· Didasarkan pada persamaan : aktiva = pembatasan aktiva.

Aktiva merupakan jasa prospektif pada dana atau unit operasional. Kewajiban merupakan pembatasan terhadap aktiva spesifik atau umum dari dana. Modal yang diinvestasi merupakan pembatasan legal atau merupakan pembatasan legal atau keuangan dari penggunaan aktiva.

Posisi FASB

FASB berpegang teguh pada teori ekuitas residual manakala dampai pada ekuitas pemilik, yang didefiniskannya sebagai ”kepentingan tersisa dari aktiva suatu entitas yang tertinggal setelah dikurangi dengan kewajibannya”.

B. KLASIFIKASI EKUITAS PERUSAHAAN PERORANGAN DAN PERSEKUTUAN ATAU KEMITRAAN

Apakah nilai klasifikasi sesuai denga kepentingan beberapa sekutu?

· klasifikasi hanya menunjukkan kepentingan dalam aktiva bersih perusahaan; setiap kepentingan sekutu dalam laba perusahaan dapat seluruhnya berbeda menurut syarat perjanjian persekutuan.

C. KLASIFIKASI EKUITAS PEMEGANG SAHAM

Tujuan paling mendasar dari klasifikasi ekuitas pemegang saham adalah untuk memberikan informasi kepada pemegang saham, investor, kreditor, dan kelompok kepentingan lain mengenai efisiensi dan pengurusan manajemen.

Klasifikasi menurut sumber modal

Klasifikasi ekuitas pemegang saham menurut sumber umumnya dianggap sebagai tujuan klasifikasi utama dalam penyajian neraca pada struktur akuntansi tradisional. Sumber utama dari ekuitas pemegang saham perseroan adalah:

a. jumlah yang disetorkan oleh pemegang saham.

b. Kelebihan laba bersih atas deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham (laba ditahan dalam perusahaan).

c. Sumbangan selain dari pemegang saham.

Kekurangan utama dari klasifikasi konvensional adalah bahwa klasifikasi menurut sumber akan hilang manakala transfer dilakukan dari laba yang ditahan ke saham modal dan tambahan modal disetor dengan menerbitkan dividen saham atau sarana lain.

Pengungkapan modal legal

Untuk memberikan perlindungan kepada kreditor, pengadilan dan wewenang hukum menetapkan pembatasan pada jumlah aktiva yang dapat dibagikan secara legal kepada pemegang saham dalam situasi normal sebelum likuidasi normal.

Modal legal didefinisikan sebagai nilai pari agregat dari semua saham bernilai pari yang diterbitkan (tidak segera dibatalkan) dan pertimbangan agregat yang diterima untuk semua saham yang diterbitkan tanpa nilai pari.

Laporan keuangan saat ini tidak mengungkapkan jumlah modal legal, meski biasanya ada klasifikasi terpisah untuk saham modal dan tambahan modal disetor.

Pengungkapan restriksi pada disposisi laba

Pengungkapan distribusi atau disposisi yang diniatkan dari suatu perseroan tidak sama dengan pengungkapan restriksi pada disposisi laba. Seringkali, yang pertama diasumsikan dari yang terakhir, tapi pada umumnya ini tidak dijamin

Asumsi umum yang pertama adalah bahwa dividen tunai tidak boleh dibayarkan jira hasilnya akan mengurangiaktiva bersih dibawah total modal disetor yang lebih tinggi dari nilai pari dapat didistribuskan secara legal. Ini merupakan restriksi yang dengna sendirinya berlaku, yang dipengaruhi oleh pembedaan akunntansi antara modal yang diinvestasikan dan laba. Jka dividen harus dibayarkan dari tambahan modal disetor, prinsip akuntansi mensyaratkan hal ini diungkap sebagai dividen likuidasi.

Pembayaran dividen ke pemegang saham biasa juga dibatasi oleh prefernsi kontraktual yang diberikan lepada pemegang saham preferen atau kelompok pemegang saham lanilla yang dibri hak prioritas diatas pemegang saham residual itu. Klasifikasi tradicional ekuitas pemegang saham tisak mendorong pengungkapan restriksi itu. Dividen preferen kumulatif yang tertunggak umumnya diperlihatkan sebagai laba ditahan yang diapropriasi karena dalam teori antitas, statu apropriasi akan diterima untu mengungkapkan restriksi atas pembayaran dividen ke pemegang saham biasa.

Pengungkapan restriksi pada distribusi likuidasi

Kreditor selalu mempunyai prioritas dalam likuidasi di atas pemegang saham, dan kelas pemegang saham tertentu mempunyai prioritas atas kelas lain sesua denga asal-pasal anggaran dasar perseroan atau sesuai perjanjian kontraktual. Preferensi likuidasi dari saham preferen mungkn sama dengan nilai pari atau nilai yangditetapkan per saham atau itu juga dapat mencakup Premium, biasanya dividen preferen yang tertunggak dimasukan jira dividen preferí ersifat kumulatif.

Kebutuhan untuk pengungkapan penuh atas hak prioritas likuidasi tidak berarti bahwa klasifikasi merupakan metode terbaik untuk mencapai pengungkapan ini.


D. PENAMBAHAN DALAM MODAL YANG DITANAM

Modal yang ditanam atau disetor merupakan investasi dalam sebuah badan usaha oleh para pemiliknya. Dalam hal perseroan, modal yang ditanam meliputi jumlah total yang dibayarkan untuk saham-saham, ditambah laba ditahan yang dikapitalisasi. Mungkindapat bertambah dengan adanya penempatan atau penjualan lembar-lembar saham tambahan, oleh perolehan dan penjualan kembali saham yang diperoleh kembali, oleh konversi utang menjadi ekuitas pemegang saham, dan oleh pemindahan laba ditahan ke modal yang ditanam.

Namun prinsip dasar yang telah dianut sejak tahun 1930-an adalah bahwa laba ditahan tidak boleh mencakup pengkreditan dari transaksi-transaksi dalam akun perusahaan sendiri atau pemindahan dari akun modal yang disetor atau akun modal lainnya.

Oleh karena itu, tujuan dasar pengklasifikasian kenaikan-kenaikan dalam modal ini ternyata adalah untuk mencegah diperlihatkannya ekuitas yang timbul dari transaksi modal sebagai penghasilan (income) atau laba ditahan dan untuk mencegah implikasi bahwa jumlah-jumlah ini tersedia untuk dividen biasa.


1. Penempatan Saham Modal

Bila lembar-lembar saham yang sebelumnya tidak diterbitkan dijual secara tunai atau dengan imbalan lain, kenaikan total dalam ekuitas dimasukkan dalam modal yang ditanam. Walaupum masih banyak dilakukan praktik yang memisahkan jumlah ini menjadi dua bagian- nilai pari atau nilai yang ditetapkan dan kelebihan di atas nilai pari atau nilai yang ditetapkan- keseluruhan jumlah ini menunjukkan modal yang ditanam oleh pemegang saham untuk periode yang tidak terbatas. Apakah pesanan saham yang diterima perseroan merupakan bagian dari modak yang ditanam atau sekedar janji untuk menaikkan modal belum begitu jelas.

Apakah saham yang sudah dipesan dianggap modal legal atau buka. Praktik akuntansinya memasukkan ini dalam modal yang ditanam jika:

a. pemesanan itu menunjukkan klai legal terhadap pemesan.

  1. perseroan bermaksud menagih pesanan dalam periode waktu yang wajar dan pasti.

Jika pesanan itu tidak dimaksudkan untuk ditagih, atau jika waktu penagihan tidak pasti, pesanan itu tidak benar-benar menunjukkan modal yang ditanam.


2. Konversi Utang

Bila obligasi konvertibel ditukar dengan saham, selama ini ada dua metode yang disarankan untuk memperlakukan konversi ini:

a. Metode nilai buku; nilai buku utang jangka panjang hanya direklasifikasi saat saham baru diterbitkan, menjadi saham modal dan tambahan modal disetor. Tidak ada keuntungan atau kerugian yang diakui atas transaksi ini; nilai buku utang hanya dikonversikan menjadi ekuitas pemegang saham.

  1. Metode nilai pasar; harga pasar masa berjalan (current market price) obligasi itu dikapitalisasi sebagai ekuitas pemegang saham. Selisih lebih harga masa berjalan diatas nilai buku obligasi diperlihatkan sebagai kerugian luar biasa dalam konversi. Jika nilai buku obligasi melebihi harga pasar masa berjalan obligasi atau saham, timbul keuntungan luar biasa dalam konversi ini.
3. Konversi Saham Preferen

Untuk konversi saham preferen menjadi saham biasa; prosedur yang konvensional adalah mengikuti metode 1 untuk konversi obligasi. Berarti, nilai pari saham preferen ditambah bagian pro rata dari agio (paid-in surplus) saham preferen dipindahkan ke saham biasa dan agio saham biasa. Tidak ada keuntungan atau kerugian yang diperlihatkan dalam transaksi ini karena keduanya termasuk dalam klasifikasi ekuitas pemegang saham.

Penjumlahan nilai pari saham preferen dan bagian pro rata dari tambahan modal disetor dari penjualan semula saham preferen itu menunjukkan sumber modal yang ditanam semula.

Cara lainnya adalah memindahkan ke dalam saham biasa suatu jumlah sebesar nilai pasar masa berjalan saham preferen yang ditarik atau saham biasa baru yang diterbitkan, walaupun jumlah-jumlah ini seharusnya cukup dekat. Jika jumlah ini melebihi modal yang disetor dari saham preferen yang ditarik, kelebihan itu harus dipindahkan dari laba yang ditahan. Hasilnya adalah hilangnya klasifikasi menurut sumber semula.


4. Dividen Saham dan Pemecahan Saham

Baik dividen saham maupum pemecahan saham pada dasarnya merupakan manuver-manuver keuangan yang tidak ada hubungannya dengan prinsip akuntansi mengenai penentuan penghasilan dan penilaian neraca.

Jumlah yang harus dikapitalisasi tergantung pada tujuan-tujuan klasifikasi dan asumsi sifat transaksi. Jumlah yang paling umum disarankan untuk dikapitalisasi adalah :

a. nilai pari, atau nilai yang ditetapkan (atau jumamlah modal legal lainnya), saham yang diterbitkan sebagai dividen.

  1. nilai pasar masa berjalan saham yang diterbitkan
  2. modal disetor per saham sebelum dividen dikali jumlah lembar saham yang diterbitkan.
Sifat Dividen Saham Sebagian besar akuntan setuju bahwa dividen saham bukanlah penghasilan bagi penerimanya, tetapi mereka berbeda pendapat mengenai dasar pemikiran yang menghasilkan kesimpulan ini. Committee on Accounting Procedure (CAP) AICPA mendasarkan keyakinannya, bahwa dividen saham bukan penghasilan bagi penerimanya, pada teori entitas. CAP berpendapat bahwa perseroan merupakan suatu usaha yang terpisah dan tidak mungkin ada penghasilan bagi pemegang saham sampai ada pemisahan (severance) aktiva perseroan. Penghasilan bagi perseroan adalah penghasilan perseroan, bukan penghasilan bagi pemegang saham. Dividen tunai merupakan pemindahan aktiva kepada pemegang saham dan karenanya merupakan penghasilan bagi penerimanya.

Penafsiran lain teori entitas yang menghasilkan kesimpulan yang berbeda adalah bahwa laba ditahan merupakan bagian dari total ekuitas pemegang saham. Oleh karena itu, penghasilan perseroan yang menimbulkan kenaikan dalam laba ditahan adalah juga kenaikan dalam ekuitas pemegang saham.

Cara pandang lain menurut George Husband, penghasilan yang diperoleh oleh upaya perseroan pada hakikatnya adalah milik perseroan. Laba ditahan itu sendiri menunjukkan ekuitas kepemilikan perseroan. Oleh karena itu, dividen tunai saja harus dianggap penghasilan bagi pemegang saham.

Kapitalisasi Nilai Pari atau Nilai Yang ditetapkan Dengan penafsiran teori entitas yang lazim, bahwa dividen saham bukan penghasilan bagi penerimanya, masalahnya menjadi masalah penentuan seberapa besar, jika ada, ekuitas perseroan yang harus direklasifikasi. Jika tujuan klasifikasi ekuitas adalah adalah untuk memperlihatkan sumber modal, jawabannya adalah bahwa tidak perlu direklasifikasi, karena sumber aslinya tidak berubah. Yang akan disyaratkan hanyalah pengungkapan yang tepat mengenai perubahan jumlah saham beredar. Akan tetapi, jika kita juga ingin memperlihatkan total jumlah modal legal, perlu dipindahkan suatu jumlah yang sama besar dengan nilai yang ditetapkan untuk saham yang diterbitkan, dari laba ditahan atau tambahan modal disetor, ke dalam saham sesuai dengan akta pendirian perseroan.

Kapitalisasi Harga Pasar Hanya dalam penafsiran teori entitas yang sangat kaku dividen saham dapat dianggap sebagai penghasilan bagi pemegang saham. Tetapi dalam penafsiran ini jumlah dividen itu dianggap sebagai harga pasar masa berjalan saham tersebut. Dianggap bahwa pemegang saham dapat menjual saham tambahan ini dengan harga tersebut dan sama kayanya seperti sebelumnya. Kekayaan ini ditafsirkan sebagai jumlah saham yang dimiliki. Dividen saham memperbesar jumlah ini; jumlah ini akan tetap sama jika tambahan itu dijual. Jadi, jumlah ini ditafsirkan sebagai distribusi laba ditahan yang belum terbagi dengan suatu pengalokasian kepada ekuitas permanen para pemegang saham.


5.
Opsi Saham dan Waran

Hak-hak saham seringkali diberikan kepada pemegang saham yang sudah ada, yang memperbolehkan mereka membeli lembar-lembar saham (sesuai proporsi saham yang dimiliki) dengan harga yang lebih rendah daripada harga pasar, atau lebih rendah daripada harga penawaran saham itu kepada pihak lain.

Dividen saham adalah bentuk ekstrem hak saham – suatu hak untuk memperoleh saham tanpa biaya tambahan. Oleh karena itu, perbedaan utama antara dividen saham dan hak saham adalah jumlah yang harus dibayar oleh pemegang saham untuk saham tambahan yang mereka terima.

Hak yang diberikan kepada pembeli sekuritas lain. Waran yang bisa dilepaskan kerapkali diberikan kepada para pembeli obligasi sehingga memberi mereka hak untuk membeli saham biasa dengan harga yang tetap. APB 14 merekomendasikan bahwa harga pasar obligasi dan waran harus digunakan untuk mengalokasikan hasil penjualan sekuritas itu kepada utang dan ekuitas pemegang saham. Saat waran digunakan, jumlah yang dialokasikan pada waran ditambah jumlah tambahan yang dibayarkan untuk saham diperlakukan sama seperti hasil penjualan emisi saham baru. Akan tetapi, karena obligasi dengan waran yang bisa dilepas tidak berbeda substansinya dari utang konvertible, keduanya harus dipertanggungjawabkan dengan cara yang sama sebagaimana telah dibahas sebelumnya.

Program Pembelian Saham yang bukan Sebagai Kompensasi untuk Karyawan

Ada empat karakteristik yang dianggap penting dalam program non_kompensasi:

a. pada hakikatnya semua karyawan purnawaktu yang memenuhi kualifikasi kepegawaian tertentu dapat ikut serta.

  1. penawaran sahamberlaku sama bagi semua karyawan yang memenuhi syarat atau menurut rasio gaji atau upah mereka
  2. lamanya periode opsi singkat dan wajar
  3. harga beli tidak boleh lebih rendah daripada harga yang wajar seandainyasaham itu ditawarkan kepada pihak lain.

Program Opsi saham sebagai Kompensasi. APB 25 dengan jelas mengakui kemungkinan adanya kompensasi yang muncul dari kontrak opsi saham. Dalam program opsi saham sebagai kompensasi, imbalan yang diterima perseroan untuk sahasm yang diterbitkan itu ’terdiri atas kas atau aktiva lain, jika ada, ditambah jasa yang diterima dari karyawan. Para akuntan yang mengakui keberadaan kompensasi umumnya setuju bahwa jumlah kompensasi harus dibagi rata sepanjang periode diterimanya jasa oleh perseroan. Masalah utama yang diperselisihkan adalah penilaian jasa dan penentuan kenaikan yang timbul dalam modal yang ditanam akibat pemberian opsi saham. Metode penilaian yang paling umum diusulkan :

a. selisih lebih nilai wajar saham diatas harga opsi pada tanggal opsi diberikan.

  1. selisih lebih pada tanggal opsi itu menjadi milik karyawan
  2. selisih lebih nilai wajar saham diatas harga opsi pada tanggal opsi itu pertama kali dapat digunakan
  3. selisih lebih pada tanggal opsi itu benar-benar digunakan
  4. biaya bagi perseroan pada tanggal penggunaan, setelah disesuaikan untuk memperhitungkan dampak pajak penghasilan pada perusahaan.
  5. kemungkinan nilai opsi bagi penerima pada tanggal pemberian.

Penilaian atas metode-metode penilaian. Menurut Hendriksen, metode penilaian yang paling logis adalah nilai tunai jasa sebagaimana yang diukur dengan nilai opsi pada tanggal pemberian. Akan tetapi, kebanyakan akuntan menjauhi solusi ini karena solusi ini sangat subyektif dan tergantung pada spekulasi mengenai masa depab. Tetapi dalam hal ini tidak ada harga tawar-menawar dan juga tidak ada nilai pasar, sehingga tidak ada alternatif selain menggunakan estimasi.

E. PENGURANGAN DALAM MODAL YANG DITANAM

Menurut Hendriksen, biasanya modal yang ditanam suatu perusahaan dianggap menunjukkan modal permanen badan usaha. Pengurangan yang disengaja dalam modal yang ditanam ini tidak boleh dilakukan dengan membayar kepada pemegang saham kecuali jika pembayaran itu secara spesifik diungkapkan sebagai deviden likuidasi. Tetapi likuidasi parsial juga terjadi bila kelompok saham tertentu ditarik dan ditebus.

Pembelian saham yang diperoleh kembali (Treasury Stock) dengan penebusan saham preferen, dengan pengecualian bahwa yang terlibat adalah beberapa pemegang saham dari setiap kelas dan harga pembelian dan harga pembelian biasanya tidak diatur sebelumnya. Jika saham yang diperoleh kembali diterbitkan kembali hasil bersihnya mungkin merupakan kenaikan, penurunan, atau tetap (tidak ada perubahan dalam ekuitas pemegang saham).

Modal yang ditanamkan dapat juga berkurang karena rekapitalisasi saat diketahuinya fakta bahwa akumulasi kerugian telah menimbulkan pengurangan efektif dalam modal tanpa ada distribusi kepada pemegang saham.

1. Saham yang diperoleh kembali

Ekuitas pemegang saham bertambah sebagai akibat dari transaksi-transaksi dengan para pemegang saham, para akuntan biasanya sepakat bahwa tidak ada keuntungan yang ditimbulkan dan tidak ada bagian dari kenaikan itu yang harus ditambahkan pada penghasilan atau laba ditahan semua merupakan modal yang ditanam. Bila ekuitas pemegang saham berkurang sebagai akibat diperolehnya saham perusahaan sendiri,

Dua pertanyaan mendasar berhubungan dengan kontroversi ini antara lain :

a. Berapa banyak dari pembayaran kepada pemegang saham yang harus diperlakukan sebagai pengembalian modal yang ditanam dan berapa banyak yang harus dianggap sebagai distribusi laba ditahan ?

b. Bagaimana dampaknya pada modal legal harus diungkapkan ?

Bila perusahaan memperoleh sahamnya sendiri dan menyimpannya untuk diterbitkan kembali atau selanjutnya dibatalkan, perolehan dan pelepasan (disposisi) saham tersebut dapat diperlakukan sebagai :

· Konsep transaksi tunggal (metode harga perolehan)

· Konsep transaksi ganda (metode nilai pari / par value method)


2. Evaluasi atas konsep Konsep transaksi tunggal dan transaksi ganda

Konsep transaksi tunggal (metode harga perolehan) dan Konsep transaksi ganda (metode nilai pari/par value method) mempunyai logika yang mendukung karena :

- Didasarkan pada premis bahwa secara substansi lebih penting daripada bentuk

- Suatu perseroan tidak boleh memindahkan jumlah dari laba ditahan ke modal yang ditanam hanya karena pemindahan itu terjadi untuk menangani perpindahan saham dari satu pemegang saham kepemegang saham lainnya.

Konsep transaksi ganda didasarkan pada ide bahwa ada sedikit perbedaan antara pembelian dan penjualan saham yang diperoleh kembali dan perolehan serta penarikan sahamyang diikuti dengan penjualan saham baru sesudahnya.

Menurut Hendriksen, masing-masing konsep ini tepat untuk situasi yang yang berbeda. Jika saham diperoleh melalui pembelian dengan tujuan akan segera dijual kepada karyawan, eksekutif atau kelompok-kelompok khusus lainnya konsep transaksi tunggal yang relevan.

Sebaliknya jika tujuan perolehan adalah untuk membeli saham dari pemegang saham yang berbeda pendapat atau untuk melakukan penarikan akhir kelompok saham tertentu konsep transaksi ganda harus diterapkan, walaupun saham ini mungkin dijual kembali pada suatu tanggal sesudahnya.


F. PENGGABUNGAN USAHA

Aktiva yang diperoleh perusahaan dari transaksi pembelian yang melibatkan pembayaran kas, pertukaran dengan aktiva lain aktiva yang dibeli biasanya dicatat dalam akun perusahaan yang mengakuisisi sebesar harga perolehannya (nilai aktiva yang diberikan dalam pertukaran) atau diasumsikan menunjukkan nilai kininya.

Harga perolehan historis bagi perusahaan yang menjual tidak relevan. Dan ekuitas pemegang saham perusahaan yang mengakuisisi tidak bertambah atau direklasifikasi karena transaksi ini. Jika akuisisi dilaksanakan dengan pembelian (tunai atau dengan aktiva lain) seluruh saham modal perusahaan.

Jika perusahaan yang diakuisisi dibubarkan hasil bersih transaksi ini mungkin sama seperti pembelian aktiva itu, kemungkinan pengecualian adalah bahwa perusahaan yang mengakuisisi mungkin mengambil alih kewajiban perusahaan yang dibeli.


1. Penggabungan yang diperlakukan sebagai pembelian

Aktiva yang diperoleh dalam pertukaran dengan saham modal, nilai aktiva itu diasumsikan sama dengan nilai saham yang diberikan dalam pertukaran kecuali jika nilai masa berjalan aktiva itu dapat diperoleh dengan cara lain yang dapat diuji.

Bila semua aktiva perusahaan atau sahamnya diperoleh dengan memberikan saham modal dalam suatu transaksi pembelian, perlakuan akuntansi meliputi 2 bagian :

a. aktiva bersih dinilai menurut total nilai pasar saham yang diterbitkan dalam pertukaran. Total biaya harus dilakukan pada aktiva-aktiva spesifik selama memingkinkan dan setiap kelebihan harus dianggap sebagai goodwill yang dibeli atau aktiva tidak berwujud lainnya.

b. Total nilai saham yang diterbitkan dikredit ke modal yang ditanam dengan kemungkinan pembagian antara modal legal dan modal diatas nilai pari atau nilai yang ditetapkan. Klasifikasi sebelumnya dalam ekuitas pemegang saham perseroan yang diakuisisi tidak mempengaharui klasifikasi dalam perusahaan yang mengakuisisi.

2. Penyatuan kepentingan

Suatu penyatuan kepentingan diasumsikan terjadi bila dua atau lebih perusahaan bergabung untuk melaksanakan fungsi-fungsi usaha mereka sebagai badan usaha ekonomi tunggal.

Dalam suatu pernyataan kepentingan, perlakuan akuntansinya meliputi 2 perbedaan mendasar dari perlakuan sebagai pembelian :

- Aktiva dan kewajiban beberapa perusahaan yang bergabung itu dibawa kedalam badan usaha yang baru sebesar nilai buku masing-masing dalam akun organisasi yang terpisah sebelumnya dengan pengecualian bahwa penyesuaian dilakukan untuk menjamin perlakuan yang seragam

- Laba ditahan beberapa perseroan harus dijumlahkan dalam perseroan yang bertahan atau dalam konsolidasi kecuali untuk menyajikan modal legal yang tepat.


3. Penyatuan atas pembelian dan penyatuan kepentingan

F Penilaian aktiva dalam penggabungan

Suatu penggabungan diperlakukan sebagai pembelian, aktiva bersih diperoleh sebesar harga perolehan seperti yang diukur dengan nilai pasar saham yang diberikan dalam pertukaran.

Perlakuan ini benar, bukan patuh pada dasar biaya tradisional dalam akuntansi tetapi harga perolehan ini menunjukkan ukuran terbaik nilai masa berjalan aktiva bagi perusahaan gabungan.

Asumsi yang biasa diambil bahwa keputusan untuk memperlakukan penggabungan sebagai penyatuan kepentingan

Menurut Hendriksen, suatu penggabungan dianggap sebagai penyatuan kepentingan, penggabungan itu merupakan peristiwa yang signifikan dalam sejarah badan usaha dan aktiva-aktiva harus dicatat sebesar nilai masa berjalan atau biaya masa berjalannya bukan biaya historis dalam akun perusahaan sebelumnya. Karena nilai masa berjalan aktiva dapat diperoleh dengan cara-cara yang objektif jika saham yang diberikan dalam pertukaran mempunyai nilai pasar, revaluasi ini akan memberikan keandalan yang lebih besar daripada revaluasi independen.

F Klasifikasi ekuitas pemegang saham dalam penggabungan

Bila suatu perseroan baru dibentuk untuk membeli aktiva atau saham dua atau lebih perusahaan, terbentuklah suatu badan usaha baru dan keseluruhan ekuitas pemegang saham pada saat pendirian badan usaha baru merupakan modal yang ditanam.

Perusahaan melakukan mengakuisisi menerbitkan saham biasa untuk aktiva atau saham perusahaan orang lain, klasifikasi ekuitas pemegang saham perusahaan yang mengakuisisi tergantung pada penafsiran badan usaha baru sebagai :

- Satuan akuntansi yang sama sekali baru

- Satuan akuntansi yang terdiri atas perseroan yang mengakuisisi saja

- Kelanjutan semua badan usaha yang bergabung sebagai satu satuan akuntansi

G. LABA PER SAHAM

Rasio laba per saham merupakan ikhtisar data akuntansi yang paling sering dipublikasikan. Salah satu alasan popularitas adalah laba per saham dianggap mengandung informasi yang berguna dalam membuat prediksi mengenai deviden persaham dimasa depan dan harga saham dimasa depan. Laba per saham dianggap relevan dalam evaluasi atas efektivitas manajemen dan kebijakan deviden.

Perbedaan pendapat yang utama adalah “ apakah data laba per saham harus mencerminkan informasi historis saja atau mencerminkan informasi pro forma dan prediktif ”.

APB dalam opinion No. 15 :

Menekankan pada konsep pro forma karena dianggap lebih berguna untuk keputusan investasi dan untuk mengevaluasi potensi suatu perusahaan untuk tujuan kredit.

Dalam APB, mengharuskan penyajian dua perhitungan laba per saham yang keduanya bersifat pro forma dan diasumsikan mempuyai kualitas prediktif.

1. Perhitungan jumlah saham

Perhitungan rasio laba per saham memerlukan perhitungan dengan laba bersih bagi pemegang saham biasa sebagai pembilang dan jumlah saham biasa yang terkait sebagai penyebut.

Rasio laba per saham = Laba bersih bagi pemegang saham biasa

Jumlah saham biasa

2. Laba per saham primer

Perhitungan laba persaham primer mencakup jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar selama tahun tersebut selama tahun tersebut ditambah jumlah saham yang mewakili sekuritas yang dianggap sebagai setara saham biasa (common stock equivalent) dan mempunyai efek dilutif.

Efek dilutif, diasumsikan diasumsikan terjadi jika angka laba persaham akan berkurang jika setara saham biasa dimasukkan.

Sekuritas yang dianggap sebagai setara saham biasa meliputi :

a. Semua opsi saham dan waran

b. Sekuritas partisipasi

c. Sekuritas convertible (yang masuk dalam batas-batas rumus pada saat diterbitkan)

d. Sekuritas lain yang mempunyai setara saham biasa

Kritik penggunaan laba per saham primer :

a. Pengguanaan istilah primer menyiratkan bahwa perhitungan ini paling signifikan, padahal perhitungan manapun dalam suatu rumpun perhitungan laba per saham bisa saja lebih relevan dalam asumsi dan harapan yang berbeda.

b. Utang konvertibel dan saham preferen konvertibel diperlakukan dengan cara yang berbeda dengan utang dan saham preferen yang disertai dengan waran yang dilepas.

c. Sekuritas konvertibel diklasifikasikan sebagai setara saham biasa hanya pada saat penerbitan dan tidak mencerminkan kondisi yang berlaku dalam setiap tahun.

d. Tidak konsisten jika dikatakan bahwa utang konvertibel harus diklasifikasikan semata-mata sebagai utang dineraca dan mengklasifikasikan secara keseluruhan sebagai setara saham biasa dalam menghitung laba per saham.

e. Laba per saham primer adalah perhitungan pro forma tetapi tidak mengindikasikan signifikannya. Tanpa pengungkapan lengkap pembaca tidak akan dapat menentukan sekuritas mana yang telah diberlakukan sebagai setara saham biasa.

3. Laba persaham yang didilusi sepenuhnya

Perhitungan dengan memasukkan semua sekuritas konvertibel yang berpotensi dilutif, baik yang diklasifikasikan sebagai setara saham biasa ataupun tidak.

Tujuan :

Untuk memperlihatkan potensi dilusi maksimum laba per saham berjalan atas dasar prospektif.

Kelemahan :

Perhitungan ini tidak mencakup potensi dilusi maksimum karena perlakuan atas waran tergantung pada harga pasar pada akhir periode sementara dilusi yang diharapkan tergantung pada harapan harga pasar dimasa depan.

Alasan, dilusi sesungguhnya mungkin lebih besar daripada yang dilaporkan :

a. waran tidak dimasukkan jika harga pasar saham biasa pada akhir periode tidak melebihi harga penggunaan. Asumsinya dalam hal opsi saham eksekutif tidak ada kompensasi yang terlibat jika harga pasar tidak melebihi harga penggunaan pada tanggal pemberian. Jika harga pasar naik dalam periode selanjutnya, dilusi akan terjadi saat waran digunakan.

b. b. Dihilangkannya waran dari perhitungan atas dasar harga pasar saham pada periode mengasumsikan bahwa penerimaan dari penggunaan waran dapat digunakan untuk membeli saham dengan harga tersebut.


4. Perhitungan laba

Pembilang dalam perhitungan laba per saham harus disesuaikan walaupun atas dasar historis, jika ada terbitan ekuitas saham senior yang beredar.

Laba yang berkaitan dengan sekuritas saham biasa dengan hak residual, deviden yang dibayarkan atau yang terutang untuk sekuritas senior harus dikurangkan dari angka laba bersih yang diperlihatkan dalam laporan laba rugi.

Penambahan pada lembar saham biasa dalam penyebut untuk menunjukkan utang kovertible yang beredar, beban bunga setelah disesuaikan untuk memperhitungkan pengaruh pajak penghasilan ditambahkan pada laba bersih yang dilaporkan

Untuk saham preferen konvertibel yang dimasukkan dalam penyebuttidak memerlukan penyesuaian laba bersih yang dilaporkan karena jumlah laba bersih harus dialokasikan pada saham konvertibel ini dan saham biasa.

Kritik terhadap rekomendasi APB 15 mengenai penyesuaian untuk memperhitungkan dampak penerimaan dari penggunaan waran pada laba adalah :

a. Metode saham yang diperoleh kembali mungkin tidak mencerminkan penggunaan dana terbaik atau bahkan penggunaan yang paling mungkin

b. Penggunaan harga pasar masa berjalan untuk menentukan jumlah saham yang bisa dibeli tidak mencerminkan potensi perusahaan untuk memperoleh kembali saham dimasa depan, khususnya jika harga pasar naik setiap tahun

c. Pembatasan 20 persen bersifat arbitrer dan karenanya tidak mesti membawa pada pengukuran yang berarti.

d. Harga pasar saham biasanya mencerminkan harapan mengenai laba masa depan dan tidak berkaitan dengan kesempatan yang sekarang tersdia untuk menginvestasikan penerimaan dari penggunaan waran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar